“ditepian kota itu (p)enak”

27 April 2015

Grojogan Kedung Tolok yang Bertingkat di Siluk

Setelah tertunda seminggu, akhirnya kesampaian juga bermain air di Kedung Tolok Siluk. Minggu, 26 April 2015 bersama Bestson gowes pagi plus refreshing bakal terlaksana. Belakangan ini, hanya kami berdua kalau bersepeda, si immas waktunya jarang bisa pas selo nya. Meet point di perempatan jejeran, pukul 6:30 bestson sudah standby disana, berbeda 15 menit dari keterlambatan saya, hehe.
Grojogan Kedung Tolok tempat bermain yang asik bagi anak-anak
Kedung Tolok berlokasi di Padukuhan Kajor Kulon. Akses ke lokasi dapat ditempuh melalui jalan imogiri timur ( Terminal Giwangan) keselatan sampai di jembatan siluk ambil yang arah kiri (arah jembatan selopamioro) kalau arah kanan rute by pass ke pantai parangtritis. Sampai di pertigaan tadi, terus saja, nanti akan melewati SD Siluk. Kalau melewati SD Siluk pelankan kecepatan kendaraan anda, karena setelah SD tadi ada persimpangan. Di persimpangan kecil/ masuk gang arah kanan, sudah terdapat plakatnya kok. Tinggal ikuti jalannya saja. Secara koordinat GPS, Kedung Talok berada di 7°57'48.0"S 110°23'03.3"E .
Salah satu plang petunjuk jalan arah ke Kedung Talok
Sesampaninya di lokasi ternyata sudah ada rombongan gowes lainnya yang lebih dulu tiba. Berbacksound lagu dangdut koplo lokasi Kedung Tolok pun semakin siang semakin ramai. Terlihat beberapa penduduk mulai membuka warung untuk menjajakan minumam dan makanan.
Sebenarnya di Kedung Tolok ini tidak hanya ada satu saja, melainkan masih ada beberapa kedung lainnya. Nama kedungnya pun bermacam-macam. Kedung Tolok itu dipaling bawah, nah diatasnya berurutan masih terdapat beberapa kedung lainnya, seperti Kedung Cumplung, Kedung Gupet, Kedung Dowo dan Kedung Kempul.
Grojogan Kedung Tolok yang berada paling bawah
Kedung Cumplung
Kedung Gupet
Kedung Dowo
Kedung Kempul
Cocok sebagai tempat bersemedi hehe
Aliran debit air yang terdapat di Kedung Tolok
Lokasi Kedung Tolok ini mulai dipersiapkan oleh warga sekitar. Sewaktu sampai dilokasi, terlihat beberapa penduduk sedang menata batu supaya air tetap terbendung dan nyaman digunakan untuk bermain air. Selain itu, akses jalan ke Kedung yang lainnya juga sudah diberi petunjuk dan diberi pagar pengaman. Jikalau berbasah-basahan bermain air, apakah ada ruang ganti?Jangan khawatir, sudah disediakan ruang ganti kok, aman hehe.
Plang rambu-rambu dan pagar yang telah di dirikan warga
Warga sekitar yang membuka warung
Toilet dan kamar ganti
Sekian, semoga Kedung Tolok tetap nyaman dikunjungi, tetap terjaga kebersihannya, sampai jumpa di petualangan selanjutnya. Saat pulang dan menuju jembatan Selopamioro, ada hal yang menarik untuk dikunjungi, ternyata ada plang penunjuk jalan kearah air terjun, kelihatannya air terjun tersebut baru dibuka belum lama.
Secuil petunjuk 
Penasaran?simak artikel selanjutnya di Malah Ketemu Air Terjun Watulawang..
Ritual yang harus ada hehe

19 April 2015

Sendang Beji dan Cerita Nawang Wulan Bersama Joko tarub

Sebuah sumber air yang mengalir jernih melewati pinggir jalan ketika dalam perjalanan ke puncak paralayang membuat rasa penasaran untuk mencari dari mana sumber air tersebut, apakah ada air terjun atau sejenisnya? Setelah tanya warga, ternyata bukan merupakan air terjun melainkan senbuah sendang. Sendang Beji namanya, sebuah mata air di bawah pegunungan landasan take off paralayang menyambung cerita artikel Terbang Bersepeda di Landasan Pantai Depok dan Paralayang yang kami singgahi pada tanggal 1 Maret 2015.
Sendang beji yang "diajeni"
Sendang beji ini berada di Pedukuhan Parangrejo, Kelurahan Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Berbekal informasi dari warga, sambil mengayuh sepeda melewati jalan cor blok, rasa penasaran itu terjawab sudah ketika sudah sampai di area Sendang Beji.
Pertigaan ambil kiri arah jalan cor blok
Rute ke Sendang Beji ini adalah sama seperti ke puncak Paralayang, hanya saja ketika di pertigaan terakhir sebelum sampai kepuncak belok kiri. Dari pertigaan ini kurang lebih 500 meter, mengikuti jalan cor blok dan ketika sampai di pertigaan antara jalan cor blok dan jalan tanah ditanjakan ambil jalan yang agak turun ( jalan tanah). Nanti akan bertemu dengan rumah warga/sebagai tempat parkir. Akses kendaraan parkir paling pool yang cuma sampai disitu, selebihnya jalan kaki, tidak terlalu jauh, dibalik rumah tersebut telah terlihat mata air dengan beberapa pohon besar tumbuh disekitar sendang tersebut.
Beberapa sisa kemenyan yang masih tertancap
Setelah sampai di Sendang Beji, dan istirahat sembari menunaikan kewajiban sholat, bersama Sansan kami mencoba mencari tau rasa penasaran sebenarnya tempat apa Sendang tersebut. Terlihat beberapa pengunjung yang sedang bercengkrama dengan juru kunci. Kami memberanikan diri untuk mengulik informasi dari mbah Inem yang juga merupakan juru kunci Sendang Beji.
Sisi lain dari dekat pohon beringin
Miniatur Patung sepasang kekasih yang menceritakan Nawang Wulan dan Joko Tarub
Terlihat beberapa pipa warna yang menggunakan air sendang untuk keperluan sehari-hari
Mbah Inem yang sudah berusia 76 tahun itu bercerita bahwa cikal bakal keberadaan sendang beji ini ada sangkut pautnya dengan legenda cerita Nawang Wulan dan Joko Tarub. Ada yang lupa cerita joko tarub? nek sampe lupa yo kebangeten hehe.
Beliau adalah Mbah Inem yang berusia 76 tahun, sebagai Juru Kunci Sendang Beji
Diceritakan oleh Mbah Inem sendang beji berasal dari kata jawa Beji yang berarti diajeni atau dalam bahasa Indonesianya bermakna dihormati. Lebih lanjut Mbah Inem menceritakan bahwa Sendang Beji terbentuk dari air tanah yang muncul ke permukaan atau lebih sering disebut mata air yang membentuk sungai kecil yang mengalir sampai ke pantai selatan / pantai Parangtritis yang selanjutnya dijadikan sebagai tempat padusan atau pemandian. Dulu Sendang tersebut konon katanya cukup besar, sehingga pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI sendang tersebut dibendung guna untuk irigasi dan keperluan warga sekitar.
Himbauan untuk tidak menabur bunga di Sendang Beji
Sebuah Prasasti trisoka yang ditemui di Sendang Beji.
Terdapat beberapa prasasti Trisoka yang ada di sejumlah titik Sendang Beji, Salah satunya yang bertuliskan Ngudi Sejatining Becik,  Nggayuh Urip Kepenaran, Berbudhi Bowo Leksono. Maksud dari prasasti yang juga sebuah kata-kata pepeling atau pengingat adalah Selalu berusaha mencari kebenaran sejati, Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup yang tepat dan Berjiwa besar. Sendang Beji ini ramai di kunjungi pada bulan Suro atau Muharram. Konon katanya, ditempat ini jika pada bulan jawa tersebut sampai berjubel pengunjung yang akan memandikan pusakanya. Selain itu tempat ini juga bisa digunakan untuk menepi sembari merefresh pikiran dari hiruk pikuk kepenatan jogja yang semakin hari semakin semrawut.
Terlepas dari itu cerita itu semua, mari jaga apa yang ada disekitar kita tanpa harus merusaknya. Seperti kata filosofi Sendang Beji yaitu di ajeni yang berarrti di hormati untuk dijaga

Copyright © #ndesolicious | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com