“ditepian kota itu (p)enak”

29 December 2014

Long-longan Masa Kini

Permainan tradisional kerap kita temui/mainkan didaerah yang mungkin bisa dikatakan pinggiran perkotaan, karena permainan tradisonal terkadang dianggap ketinggalan zaman atau tidak mengikuti perkembangan zaman. Ya beginilah hidup ditepian kota, kadang dianggap ndeso bagi sebagian orang yang biasa hidup di kota. Namun dibalik itu semua, hidup di pinggiran kota itu menyimpan sejuta kenyamanan dan ketentraman. 
Siapa bilang permainan tradisional itu ketinggalan zaman. Permainan tradisional yang mengikuti perkembangan zaman salah satunya adalah long atau long-longan atau meriam bambu. Long atau long-longan merupakan bagian dari cerita masa kecil dulu bagi generasi 90-an. Tak jarang alis mata terbakar "kebrongot" oleh api yang menyembur dari lubang bambu long tersebut.
Flashback dengan permainan tradisonal ini, akan saya bawa ke cerita saya ketika kecil dulu. Long-longan itu merupakan permainan yang terbuat dari bambu dengan bahan bakar berupa bensin/minyak tanah atau karbit. Bambu yang panjangnya sekitar 1,5 sampai 2 meter tersebut disetiap ruas/ros dilubangi dengan menyisakan ruas terakhir di pangkal. Dipangkal bambu tersebut dilubangi sebesar kira-kira se jempol untuk memasukkan pemicu (api) yang biasanya pakai ranting pohon. Bahan bakarnya adalah berupa minyak tanah, bensin kadang juga ada yang menggunakan karbit. Dengan ranting pohon yang telah disulut api, masuk kan ke lubang tadi, jikalau bambu belum panas biasanya belum bunyi, seolah perlu dipanasi dulu hehe. Biasanya permainan ini saya lakukan bersama teman-teman dulu dipinggiran sungai/kali. Seolah layaknya perang, berjejer meriam bambu dipinggir kali tersebut.
Sekarang permainan ini telah beralih menggunakan kaleng bekas dengan pemicu pemantik bekas korek api dan bahan bakar spritus. Sebenarnya inovasi permainan ini pertama kali saya temui di wonosari saat acara karnaval/rasulan ketika saya sedang proses KKN, dan sekarang telah dikenal didusun kami yaitu di dusun Pagergunung, Sitimulyo, Piyungan, Bantul.
Long yang sedang mereka buat dari kaleng bekas
Proses Pembuatan long-longan ini cukup mudah. Bahan yang dibutuhkan adalah beberapa kaleng bekas, pemantik api bekas korek apik dan lem. Kaleng bekas disusun berdasarkan diameter kaleng. Kaleng yang berdiameter kecil disusun paling bawah, dan yang besar disusun paling atas. Kemudian dilem dengan lem G kalau biasanya anak-anak gunakan ditempat saya. Untuk memasang pemantik apinya, gunakan botol plastik yang agak tebal. Pematik ini dipasang pada tutup botol yang telah dilubangi disisi bawahnya. Mereka yang mempopulerkan adalah Sugeng, Faishal, Mafud, Anggi, Aris dan kawan-kawan. Setiap sepulang sekolah mereka memperbaiki long mereka, dan saat sore tiba, long tersebut siap dimainkan biasanya di persawahan. 
Siap untuk berperang long spritus
Beginilah cara mainnya: semprotkan spritus kurang lebih 10X ke ujung bawah kaleng yang sudah dipasangi pemantik, goyang-goyangkan kaleng tersebut, kemudian pencet pemantik apinya. Serupa dengan long atau long-longan yang akan menghasikan bunyi keras. Long ini portable dan ringan dibawa kemana-mana.
Sekali pencet langsung dueer
Nah, untuk videonya bisa disimak berikut ini..

Meskipun sudah memasuki jaman serba kemajuan teknologi, setidaknya mereka tau bagaimana membuat long dari kaleng bekas. Selalu ada cerita tersendiri ketika kita mau mengamati apa yang terjadi disekitar kita. Inilah salah satu sisi lain enaknya hidup dipinggiran kota. Kita setidaknya masih menemui hal-hal yang menarik. 

20 December 2014

Curug Setawing Jonggrangan Saat Musim Penghujan

Penghujung tahun 2014 di bulan Desember yang memasuki musim penghujan memberikan jawaban kapan berakhirnya musim kemarau panjang. Hampir setiap hari hujan menjadikan beberapa sumber air kini seolah sehabis disuntik bor. Tak terkecuali gemuruh suara air terjun yang hanya jatuh di musim penghujan. Seperti halnya Curug Setawing di daerah Jonggrangan Kulonprogo. Curug Setawing ini lagi ramai dibicarakan di dunia maya. Berawal dari singgih yang ngiming-ngimingi gambar curug tersebut dan mengajak untuk melihat lebih dekat.
Curug Setawing yang menjadi tujuan
Curug Setawing ini berada didaerah Jonggrangan, Girimulyo, Kulonprogo. Akses ke tempat lokasi ini dapat dituju melalui perempatan Kentheng (tugu jogja kebarat terus, melewati jalan godean, perempatan kalau ke utara ke arah Nanggulan) ke barat, melewati tanjakan girimulyo sampai di Pasar Jongrangan. Nah ketika sudah memasuki area pasar Jonggrangan, masuk gang kecil yang bergapura bambu disamping pasar Jonggrangan. Kalau binggung ya tanya warga saja. Ikuti jalan cor blok masuk gang tadi, nanti sampai pada ujung rumah/warung yang lagi baru dibuka (efek curug setawing yang akhir-akhir ini dikunjungi). 
Rute dari Tugu Jogja melewati Jalan Godean
Rute lain untuk dapat ke daerah Jonggrangan adalah dengan melewati embung Kleco terlebih dahulu. Maklum saja, karena perjalanan ini sepaket dengan menyinggahi embung Kleco yang berada di daerah Ngesong terlebih dahulu. Jika menyinggahi embung kleco terlebih dahulu, untuk dapat ke curug Setawing ini pas persimpangan jalan masuk ke embung tadi belok kiri saja/arah jalan naik. Ikuti jalan aspal, nanti akan melewati TK PGRI Ngesong, kemudian melewati Pedukuhan Karanggede Beteng dan sampai di pertigaan Pasar Jonggrangan. Oya.. Kalau lewat jalan ini bisa kok mampir ke Curug Grojogan Sewu di daerah Beteng, siapa tau bisa ketemu si yuan dan oki yang mengantarkan kami ke dasar curug setahun yang lalu.
Jalan tembusan dari embung Kleco, sudah masuk pasar Jonggrangan
Nah kembali ke perjalanan, saat kami masuk gang di pasar Jonggrangan, kami berpapasan denga Pak Mukhalim. Kebetulan beliau mau ke sawah disekitar Curug tersebut, akhirnya dipersilahkan membonceng singgih sekalian.
Papan petunjuk seadanya
Setelah sampai diparkiran, dan mengisi retribusi/parkir seiklhasnya kami diantar oleh Pak Mukhalim tadi sampai di dasar Curug Setawing. Sekitar berjalan 110 meter dari tempat parkiran, kami sampai di lokasi dasar air terjun Setawing.
Belum ada yang nariki, hanya mengisi dana parkir seikhlasnya
Sembari menikmati air terjun, saya jagongan dengan Pak Mukhalim tadi. Beliau bilang kalau air terjun tersebut sebenarnya sudah lama ada, tapi warga sekitar belum berani memperkenalkan karena curug tersebut debit airnya hanya musiman. 
Pak Mukhalim yang kami temui, dan mengantar kami sampai ke dasar curug
Air dari curug digunakan untuk irigasi sawah warga setempat
Inilah Curug Setawing
"Niki curug sampun dangu kok mas, nanging warga mriki dereng wani mbukak, lha banyune mawon musiman kados musim rendeng ngeten, ndak mlah kecelik sing tindak mriki". Lebih lanjut pak Mukhalim juga punya harapan,.. "Akhir-akhir niki nggeh lumayan mas sing tindak mriki, nek pun ngoten niki mbuh pie carane banyu kali seko dhuwur niko saged mili terus sanajan namung alit, ndak mangkeh pun kathah sing mriki nanging do kecelik mboten wonten bayune"..
Nglinting udud, merokok ala orang jawa, tradisonal dan njawani hehe
Sembari kami bermain air, Pak Mukhalim setia menunggui kami sambil nglinthing ududnya. Layaknya kami ini anaknya, memberitahu dan sesekali mengarahkan untuk tempat yang bagus untuk berfoto.
Ada yang diwisuda di bawah air terjun,hehe
Foto bersama sebelum meninggalkan curug
Pose andalan hehe
Setelah dirasa klebes pakaian yang kami kenakan, kami mohon pamit kepada Pak Mukhalim. Terimakasih Pak Mukhalim, semoga diberikan kesehatan dan umur panjang. Dan Kami pun meninggalkan Jonggrangan dengan mendung yang menjadi kekhawatiran kehujanan dijalan.

19 December 2014

"Embung Kleco" Sisi Baru dari Girimulyo

Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Wonosari memang seolah menyimpan keindahan yang lebih menawan. Bagaimana tidak, perkembangan kedua kabupaten ini dalam hal obyek wisatanya jauh melesat dari pada Kabupaten Bantul, Sleman dan Kotamadya Yogyakarta. Sepertinya memang sudah plotting dari stakeholdernya, kedua kabupaten tersebut dijadikan Kabupaten wisata, dan dua Kabupaten sisanya dijadikan daerah industri plus Kotamadyanya yang dijadikan pusat pemerintahan.
Hal ini nampak dari beberapa pembangunan embung yang berada di daerah Kulonprogo dan Wonosari. Seperti contoh embung didaerah Kalibawang Kulonprogo dan embung Nglanggeran yang berada di area gunung api purba wonosari. Satu lagi embung yang berada didaerah Dusun Ngesong, Kecamatan Girimulyo ini sedang berbenah untuk siap menjadi obyek yang tak kalah menarik dari pada embung lainnya.
Embung Kleco yang masih sepi
Embung ini dapat diakses melalui Tugu Jogja ke barat melewati jalan godean sampai ke perempatan Kentheng. Dari perempatan tersebut ke selatan sampai menemui pertigaan, ambil arah kanan atau kalau ke arah sentolo. Setelah pertigaan tadi, maka akan ketemu pertigaan lagi, kalau kanan arah Wates, ambil lurus saja arah Sribit. Arahkan perjalanan anda selanjutnya melewati Polsek Girimulyo (dari jalan tadi ambil kiri setelah jembatan), nanti akan menemui tugu Dusun Kwadas, lurus saja ikuti yang jalan turun arah desa Penggung. Ikuti jalan aspal sampai pada akhirnya akan sampai di persimpangan jalan masuk Embung Kleco. Nikmatilah perjalanan anda, sembari menghirup udara menoreh yang tak kita temui dikota.
Perempatan Kentheng, berhenti dulu langsung keselatan
Embung kleco yang belum diresmikan ini berada di koordinat 7°46'38.3"S 110°09'47.5"E , tapi berhubung lokasi ini masih terbilang baru, maps pun belum menampilkan view embung dari satelit, berbeda dengan embung kalibawang.
Perjalanan dari Tugu Jogja ke barat
Embung kleco ini sedang berbenah, terlihat dari beberapa pekerja sedang menyelesaikan bangunan disekitar embung tersebut.
"belum resmi", baru tersedia tempatnya saja
Dari atas bukit embung ini, pemandangan yang terlihat begitu lapang dengan menyuguhkan kehijauan alam wates.
Embung Kleco, embung mini yang berkelok
Dari atas bukit Embung Kleco
Perjalanan kebarat ini seolah terkesan dadakan. Direncanakan beberapa hari pun hasilnya mentah tak jalan-jalan, akhirnya pada hari Kamis, 18 Desember 2014 terbayar tuntas dengan ber sembilan kawan. Menyinggahi embung ini seperti perjalanan mengambil kitab suci ke barat. Bagaimana tidak, dari partisipan yang ikut, domisili saya paling pojok timur sendiri, hehe. Perkenalkan, dari sisi kiri adalah danu, ndaru, hendi, dimas (yang baru saja S.pd) , singgih (dia aseli wates), Farug (wong kito galo hehe..temannya hendi sama-sama dari palembang) dan yang terakhir adalah sering mucul itu adalah immas.
Boy Band embung Kleco hehe 

15 December 2014

Jurug Tamansari atau Lengkongsari?

Musim penghujan sudah datang, hal yang ditunggu-tunggu adalah mencoret beberapa list curug yang akan disinggahi yaitu salah satunya curug tamansari / lengkongsari. Curug atau air terjun atau orang jawa biasanya menyebut Jurug tersebut berada di daerah Semoyo, Pathuk Gunungkidul. Sebenarnya rencana untuk menyinggahi air terjun ini sudah lama, namun berhubung musim kemarau panjang akhirnya ditunda dulu sampai musim penghujan tiba, lha nanti ndak kecelik kalau ndak ada airnya, hehe. Apalagi ketika bersepeda ke hutan pinus Dlingo, karena pulangnya lewat Pathuk jadi pengen mampir, tapi yo malah kelupaan.
Tujuannya adalah Jurug Tamansari/Lengkongsari ini
Awalnya rembugan bareng immas dan bestson mau mancal hari Sabtu, 13 Desember, namun ternyata bestson ada kuliah praktik. Akhirnya Minggu, 14 Desember 2014 bersama kedua kolega dan tambah pemain debutan yaitu si basir perjalan menaiki jogja lantai dua itu telaksana. Basir, orang banyumas yang baru pertama kali ikut sepedaan seolah-olah dihajar oleh medan jalan. Berbekal waton wani berangkat naik motor dari kosnya dan berganti naik sepeda setelah sampai dirumahku (intine nyilih sepeda, hehe). 
Nah ini mereka, aktor sepedaan kali ini
Pukul 7 lebih, immas dan bestson telah menunggu disekitar Puskesmas Piyungan. Dari tempat ini kami mulai mengayuh sepeda menyusuri jalan wonosari sampai ke perempatan Polsek Pathuk. Bisa dibayangkan, ini kali pertama basir sepedaan dengan rute jalan naik medan seperti itu, alhasil kami harus beberapa kali legowo ngenteni si orang Banyumas tersebut.
nuntun sepeda ditanjakan itu manusiawi kok hehe
Spot foto yang baru ngehits, kurang pas nek nggak mampir dulu untuk foto
Setelah sampai di perempatan Pathuk, arahkan perjalanan anda ke arah Pathuk/perempatan ambil kanan. Sampai pada pertigaan, sudah ada plang/petunjuk jalan yang akan menyambut anda. Nah di pertigaan tersebut lurus saja, sampai anda akan menemui perempatan. Di perempatan ini silahkan lurus saja. Jangan heran kalau jalan yang akan dilewati berupa turunan dan tanjakan, bagi pengendara motor sih penak, tapi bagi pesepeda?luwih penak (kalau dapat turunan, kalau tanjakan ya hiyungalah, hehe).
Pertigaan setelah perempatan pathuk, lurus saja (plang penunjuk jalan berada di bawah pohon)
Lurus saja jika sampai di perempatan ini
Setelah perempatan tersebut, nanti akan menemui pertigaan, nah dipertigaan ambil kanan. Tenang saja, lagi lagi sudah ada petunjuk jalan kok, yang cermat yaa. Setelah pertigaan tadi, tinggal ngikuti jalan saja, dan akan sampai pada gapura selamat datang di obyek wisata.
Pertigaan ini silahkan ambil kanan (petunjuk jalan ada di depan warung)
Gapura selamat datang di Jurug Tamansari
Menemui rombongan bapak-bapak kuat didepan gapura, cen ampuh pak hehe
Setelah masuk gapura, jalanan yang akan dihadapi adalah berupa jalan cor blok. Harap hati-hati jalan licin, karena kontur tanah di lokasi sekitar berupa tanah liat merah. Retribusi untuk masuk di lokasi wisata ini adalah 3 ribu rupiah untuk satu orang, dan biaya parkir 2 ribu rupiah. Berhubung kami tak memakai kendaraan bermotor, kami hanya dimintai retribusi saja. Jalan cor blok hanya sampai di area parkir, untuk kelokasi jalan berupa tanah yang dibuat berundak.
Semacam TPR yang dibuat oleh warga setempat
Rasanya kurang sreg jikalau ke air terjun tidak mencegurkan juga sepeda kita. Dengan menggotong sepeda, kami bawa sepeda sampai dibawah air terjun.
"Hati-hati Jalan Terjal"
Jalan tanah berundak dimusim hujan itu semacam mlesetke kaki
Dengan segala jerih payah, akhirnya kami sampai dibawah. Dan inilah air terjunnya. Beberapa hari terkahir curah hujan yang tinggi menyebabkan warna airnya seperti milo berwarna coklat. Di lokasi ini, ada beberapa titik air terjun, yaitu curug tamansari, dan curug sumurup yang berada diatas air terjun tamansari.
Gazebo yang dibuat dengan berlatar belakang jurug tamansari
Berubah jadi mas-mas BMX, biasanya pake MTB, tapi tep ampuh Im, naik pathuk dengan BMX
Lokasinya cukup menyejukkan, karena ada beberapa gazebo yang didirikan dengan langsung berlatar belakang air terjun. Hanya beberapa anak-anak yang bermain di sekitar air terjun tersebut, kalau orang kekinian bilangnya syahdu, tapi tak tahu beberapa bulan kedepan kalau obyek ini sudah ramai.
Mungkin mereka tak bisa bermain seperti ini lagi kalau obyek ini sudah ramai

Jagongan nyambi bluetooth-an
kalau ini mbaknya lagi disuruh motoin masnya hehe
Lebih jelasnya, air terjun ini berlokasi di daerah semoyo, pathuk, Gunungkidul. Lokasi dengan koordinat 7°52'23.1"S 110°29'14.7"E ini bisa diakses melalui jalan wonosari, setelah perempatan pathuk/polsek pathuk ambil kanan, dan ikuti petunjuk yang tadi sudah dijelaskan.
dari kidsfun bablas naik sampai pathuk

3 December 2014

Onthel Transportasi untuk Ngarit

Jogja atau daerah karisedenan jawa lainnya pastilah mengenal sepeda onthel yang unik dan antik ini. Sepeda onthel bagi kalangan masyarakat luas hanya cenderung digunakan untuk sekedar sepedaan. Banyak beberapa orang yang suka dengan sepeda ini tergabung menjadi suatu komunitas sesama penggemar sepeda onthel dan menamakan komunitas mereka atas dasar persamaan suka dan memiliki sepeda jadul ini. Hal yang seperti ini banyak ditemui dikota-kota besar yang menjadikan sepeda onthel suatu keunikan dan kelangkaan.
Perlengkapan Komplit Untuk Ngarit
Ketika kita coba berpergian ke tepian kota, didesa misalnya, banyak kita jumpai sepeda digunakan untuk "ngarit". Apa itu ngarit?. Kata ngarit mungkin terdengar asing bagi masyarakat yang biasa hidup ditengah hiruk-pikuk kepadatan pusat kota. Ngarit adalah kegiatan mencari rumput bagi para peternak hewan, kalau didaerah saya lebih banyak warga yang beternak sapi. Ngarit sebenenrnya berasal dari alat yang dipakai yaitu arit. Ngarit ini tak tanggung-tanggung dilakukan, kadang jika kondisi rumput sudah jarang ditemui, bahkan peternak tersebut rela sampai mengayuh jauh sepeda onthelnya demi mendapatkan rumput untuk hewan peliharaannya. Biasanya rumput yang dicari adalah rumput liar biasa, dan kadang juga adalah pohon tebu atau sering disebut "cokol". 
Ngarit mayoritas dilakukan oleh warga yang sudah berumur, misalnya mbah Nyono ini. Mbah Nyono berumur kira-kira 70an tahun. Beliau adalah salah satu tetangga saya dan juga warga didusun saya yang masih gigih melakukan kegiatan ini. Masih banyak mbah Nyono lainnya yang seprofesi seperti mbah Nyono. Kadang juga ada yang masih menggendong hasil ngarit tadi dengan di taruh dipunggung, sampai berjalan beberapa kilo meter. Kebanyakan dari orang-orang kuat tersebut ketika usia senja justru beraktivitas adalah untuk mengisi keluangan waktunya, daripada berdiam diri, karena kita ketahui, tipikal seumuran beliau itu tidak bisa berdiam diri.
Sepeda Mbah Nyono 
Kembali ke topik mengenai ngarit, perlengkapan ngarit adalah seperti yang tergambar diatas. Gambar tersebut saya ambil dari perlengkapan ngaritnya mbah Nyono. Sepeda onthel lengkap dari mulai senjata ngarit yaitu arit yang dipasang pada rangka belakang, kemudian caping yaitu alat pelindung kepala dari panas, bagor yang ada di boncengannya. Satu lagi yang terikat di stang, yaitu semacam goodie bag sebagai tempat untuk membawa bekal.
Siap Untuk Ngarit

20 November 2014

Menjemput Hujan di Embung Banjaroya Kalibawang

Kalibawang, Kulonprogo selain dikenal dengan daerah penghasil durian yang super lezat tapi juga menyuguhkan potensi alam yang tak kalah menarik dari daerah wisata lainnya di Kulonprogo. Potensi alam tersebut kini berasal dari obyek wisata embung banjaroya. Rabu, 19 November seolah kami menjemput hujan di embung tersebut. Bagaimana tidak, sampai disana kami disambut hujan dibarengi dengan suara petir yang cetar membahana hehe.. Bersama Singgih, Rizdam dan Ndaru layaknya anak kecil yang lagi suka hujan-hujanan. Awalnya hanya saya bersama singgih yang mau menyinggahi di tempat itu, namun saat ketemu dikampus Rizdam dan Ndaru kena bujukan juga hehe..
Embung Banjaroya,wiih ada durian montong hehe
Embung Banjaroya ini terletak di Dusun Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo. Untuk menyinggahi ke tempat wisata yang masih notabene baru ini dapat melalui jalur alternatif Kulonprogo-Magelang. Melewati jalan godean ke barat, sampai diperempatan Kenteng (Nanggulan) ke utara, kalau ke barat terus nanti ke air terjun grojogan sewu. Setelah belok kanan (arah utara) nanti akan bertemu perempatan dekso, nah dari perempatan tersebut ke utara (lurus) terus sampai di Rest Area Pasar Bendo. Di samping tulisan ini/tempat ini ada gang kecil masuk, nah masuk saja, ikuti jalan kurang lebih sekitar 5 KM. 
agak blur, le moto sambil jalan hehe, masuk disamping gang ini ya..
Untungnya saat sampai diparkiran, langsung makbress. Stop dulu main ke embungnya, bahaya kalau kita (tubuh manusia) berada didaerah yang lapang saat cuaca hujan dan petir yang berkelap-kelip. 
Baru sampai di parkiran langsung makbrees
Embung yang berada di Dusun Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang ini kalau secara GPS lokasinya berada di 7°39'32"S 110°14'7.62"E . Bisa kok dicek via gmaps.
niih..lokasi embungnya, tapi belum jadi hehe
Setelah hujan reda, akhirnya bisa main di sekitar embung yang memang masih sepi, pengunjungnya saja hari itu hanya kami berempat, tapi sempat ada pasangan yang sedang piknik nding, tapi gak lama langsung balik,hehe
embungnya masih seger, sehabis hujan, tapi airnya surut hehe
inilah embungnya..
Setelah dirasa cukup, dan keburu hujan lagi, akhirnya petualangan disudahi. Didaerah Kulonprogo, embung seperti ini bisa dijumpai di 3 titik menurut informasi, yaitu di samigaluh, di girimulyo dan di daerah kalibawang ini.
sampai jumpa, mungkin akan bilang seperti itu kalau hewan ini bisa ngomong hehe 
Menarik jika menikmati tempat wisata yang memang untuk berwisata melepas penat, bukan melihat manusia yang justru berjubel sebagai objek wisata yang hanya untuk kepentingan dokumentasi segala. Maksudnya, tempat wisata itu enaknya kalau dinikmati saat masih sepi, karena kita bisa lebih mendapatkan tujuan berwisata, bukan menikmati orang yang berwisata karena banyaknya orang yang mendatangi tempat tersebut.


Copyright © #ndesolicious | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com