“ditepian kota itu (p)enak”

27 January 2015

Warung Mie Ayam yang Unik

Menemui barang-barang antik di pasar loak tradisonal dan di tempat orang yang hobi mengkoleksi barang-barang antik adalah hal yang wajar dijumpai. Bagaimana jika menemui barang-barang tersebut di warung mie ayam?kelihatannya aneh. Tapi kenyataannya memang benar adanya, di daerah kotagede, barang-barang antik tersebut dipajang berjejer rapi di dinding warung mie ayam.
Nama warung mie ayam tersebut adalah "Mie Ayam Rahmad" hehe hampir sama dengan nama saya. Warung mie ayam tersebut berada di Kotagede, sebelah barat ringroad Ngipik. Kalau dari arah timur, lokasinya berada di selatan jalan kurang lebih 100 meter dari perempatan Ringroad Ngipik. Kalau dari arah barat, Kantor Pos Kotagede masih ketimur, sampai ke pertigaan sebelum Ringroad, warung mie ayam ada di selatan jalan.
Lantas apa saja barang antik yang ditemui di warung tersebut?barang pecah belah seperti botol-botol lawasan, seperti botol limun Saparrela, botol Fanta era 90an dan botol antik lainnya.
Limun Saparrela, melegenda di masanya
Botol Fanta era 90an
Dan yang mengangetkan adalah kalender tahun 1990 masih terpasang apik disalah satu sudut warung mie ayam. Umur kalender tersebut lebih tua dari umur saya ternyata. 
Umur kalender ini lebih tua dari umur saya
Selain itu juga ditemui piring kenang-kenangan 1000 hari wafatnya Sri Sultan HB IX.
Piring kenang-kenangaan 1000 hari meninggalnya Sri Sultan HB IX
Selain itu, juga terdapat kaca pengilon yang sudah berumur tua, gambar-gambar yang terpasang di dinding pun juga berumur tua. Tempat duduknya pun juga asik tapi klasik. Ngomongin warung mie ayam tak lengkap kalau nggak ngomongin juga masalah rasa mie ayam yang ada di warung tersebut, menurut saya sih lumayan sedap. Yang namanya rasa adalah penilaian subyektif seseorang. Silahkan datang dan buktikan keunikan warung mie ayam Rahmad dan cita rasa mie ayamnya.

17 January 2015

Banyunibo Tritis di Sekitar Candi Banyunibo

Memasuki musim penghujan di awal tahun menjadikan beberapa banyunibo atau air terjun kini semakin deras debitnya. Air terjun yang sifatnya musiman cocok kita datangi di musim penghujan belakangan ini seperti air terjun toundo dan air terjun di daerah Nglingseng yang belum lama ini saya kunjungi.
Tujuan mencari grojogan atau air terjun tersembunyi berikutnya adalah di daerah prambanan. Nama Air terjunnya adalah Tritis. Letaknya di daerah Cepit, Madurejo, Prambanan, Sleman yaitu di timur candi Banyunibo. Banyunibo lebih familiar diperuntukan untuk nama air terjun, tapi kok ya malah nama candi. Apa mungkin nama tersebut berasal dari curug banyunibo yang berada disekitarnya?
Minggu, 11 Januari 2014 bersama “PAGOB” atau Piyungan satu Gowes Blusukan #07 mencoba mencari keberadaaan air terjun tersebut. Piyungan satu merupakan almamater Sekolah SMP kami, yaitu SMP 1 Piyungan, sedangkan #07 adalah angkatan kami lulus. Spot tersembunyi ini kami tahu dari teman kami juga, yaitu mbak vivi sama-sama pengiat sepeda yang kebetulan juga rumahnya tak jauh dari situ. Berawal dari posting foto di group wasap, akhirnya pada hari minggu tersebut kesampaian juga Pagob edisi kedua terlaksana. Titik pertemuan adalah di perempatan Jlatren, berubah dari rencana awalnya yang mau ketemuan di SMP bagi trah selatan. Ketiga orang orang tersebut adalah adalah IlyasSidik dan Ninda.
Akses ke Candi Banyunibo melewati jalan Piyungan-Prambanan, nah dari pintu masuk Ratu Boko masih ke selatan nanti nemu pertigaan. Jalur terbut bisa juga menuju pintu masuk dari belakang kawasan Ratu Boko. Kalau sudah menemui Gapura hijau seperti foto dibawah ambil kanan (ada plakat penunjuk jalan).
Gapura selamat datang di Dusun Cepit
Candi Banyunibo
Ujung pertigaan masuk gapura Dusun Cepit
Jembatan ini belok kanan, masuk "mbulak tebu"
Menemui adek-adek yang mancing di bawah jembatan
Bagi saya sepedaan minggu pagi tersebut seperti ra due kesel, lha di hari sabtunya saja sudah sepedaan ke curug nglingseng sampai kesasaran ke hutan pinus dlingo juga. Berbekal ancer-ancer, kami berempat sampai pada di dasar air terjun. Nah untuk menuju ke air terjun tritis, dari gapura Candi Banyunibo tersebut lurus saja, nanti akan menemui pertigaan lapangan Voli, di pertigaan tersebut ambil kanan. Di ujung jalan yang letaknya pinggir lapangan voli ini sudah ada plang penunjuk jalannya kok, ikuti palng saja nanti akan berujung pada jembatan. Di ujung jembatan ambil arah kanan masuk "mbulak tebu" atau kebun tebu, ikuti jalan setapak. Ditengah mbulak tebu nanti akan menemui jalan persimpangan, ambil yang arah kiri, pokoknya ikuti saja sungai di pinggir mbulak tebu tersebut maka akan berujung pada tempat dimana kami menaruh sepeda. Nah dari tempat tersebut sudah terdengar gemuruh air, sekitar 20 meter jalan kaki, akhirnya sampai pada dasar air terjun.
Mentok sampai disini bisa dikayuh, selebihnya digotong kalau mau sampai di dasar air terjun
Harus melewati bebatuan yang licin untuk sampai di air terjun seberang yang sudah kelihatan
Air terjun Tritis dibalik bebatuan Dusun Cepit
Harus mbopong sepeda jikalau ingin dipajang seperti ini
Dari jelajah dua tempat yang telah dikunjungi dalam dua hari ada hal yang kurang pas saat saya mengunjungi tempat tersebut yaitu debit air yang jatuh baik di curug Nglingseng dan curug Tritis kurang deras. Perlu diketahui kedua curug tersebut didatangi ketika beberapa hari tidak hujan melainkan cuaca beberapa hari sebelum didatangi adalah cerah berawan.

15 January 2015

Diantara Bebatuan Air Terjun Nglingseng Imogiri

Musim penghujan yang telah tiba layaknya menjadi obat yang ditunggu-tunggu sebagian orang yang doyan berpetualang mencari grojogan banyu tibo atau air terjun. Seperti contoh air terjun atau curug Tuondo yang berada tak jauh dari tempat tinggal saya kini mulai ramai di datangi oleh wisatawan. Warga dan pemuda sekitar Air terjun Toundo atau Watu ondo kini mulai mempersiapkan tempat untuk menjamu para tamu, terlihat yang sudah di pasangi banner penunjuk jalan, padahal sewaktu saya mengunjungi tempat tersebut belum ada petunjuk satu pun.
Air terjun musiman lainnya adalah air terjun di daerah Nglinseng Imogiri. Berbekal dari informasi akun @zamzammumtaz di instagram, Sabtu 10 Januari bersama immas dan bestson kurang kerjaan mancal sepeda ke air terjun tersebut akan dimulai. Dari akun tersebut diarahkan untuk lewat jalan imogiri timur, melewati SMA Negeri 1 Imogiri ke timur dan sampai menemui patung petruk belok kanan. Awalnya ada beberapa destinasi yang ingin di datangi, tapi akhirnya memilih destinasi ini karena jika melihat informasi tersebut bayangan jalan yang dilalui tidak begitu menanjak. Destinasi ini di pilih juga melihat keadaan immas, dia lagi dilanda masuk angin, hehe (ternyata terulang lagi, masuk angin tapi tetap nyepeda setelah dulu pernah masuk angin juga sewaktu nyepeda ke embung nglanggeran).
Tak sederas saat musim penghujan
Air terjun Nglinseng ini berada pada koordinat 7°54'55.4"S 110°25'48.7"E. Rute untuk ke air terjun Nglingseng Imogiri ini setelah melewati patung petruk dan belok kanan, terus saja nanti akan melewati tanjakan demi tanjakan. Awalnya sih tidak begitu berat, tapi kok tanjakannya nggak habis-habis. Air Terjun ini, kalau tanya warga jawabannya banyu nibo, karena Nglinseng itu merupakan nama daerahnya. Ikuti jalan aspal saja, patokannya adalah rumah di kiri jalan yang menanjak, dan di kanan jalan ada tumpukan kayu. Nah masuk jalan gang tepat di bawah rumah tersebut.
Sanggar Wayang "Sabar" akan di temui setelah ambil kanan di patung petruk
Ikuti saja jalan tersebut, nanti akan sampai pada rumah seperti foto dibawah ini, titipkan saja sepeda anda di rumah tersebut. Untuk ke lokasi air terjun, melewati jalan setapak di samping rumah warga tersebut. Lumayan dekat dengan rumah tadi, ikuti saja paralon yang menyusuri jalan setapak, nanti akan sampai pada air terjun. Nampaknya perjalanan berat tak sepadan dengan air terjun yang didapat, karena debit air terjun yang kecil.
Ujung jalan adalah rumah ini, tempat nitip sepeda
Aliran air tingkat bawah
Inilah air terjun banyunibo Nglinseng Imogiri yang dimaksud
Debitnya saja yang kecil, orangnya besar haha
Selama perjalanan, akan menjumpai pemandangan yang menawan. Selain pemandangan, juga ada grojogan air yang lumayan deras menyusuri bebatuan tak jauh dari gang setelah masuk tadi.
Pemandangan yang tersaji begitu menawan
Grojogan di pinggir jalan
Setelah dirasa cukup, kemudian melanjutkan perjalanan, menurut warga sekitar jika di persimpangan tadi lurus terus akan sampai Pleret. Setelah melewati jalan demi jalan dan tanjakan, sampai pada perempatan, setelah tanya warga di perempatan ini kalau lurus nanti akan sampai pathuk/wonosari, kalau ambil kiri akan lewat Pathuk-Dlingo-Pleret rute Cino mati dan kalau ambil kanan akan melewati Imogiri. Ohhh..ternyata yang dimaksud Pleret itu rute cino mati, semakin bingung harus memlih yang mana, antar rute yang paling singkat karena perut sudah tak bersahabat.
Ketika perjalanan pulang pun harus disuguhi seperti ini
Masih Tanjakan yagn dihadapi
Tapi juga menemui yang seperti ini hehe
Akhirnya memberanikan diri menuruni cino mati, tanjakan yang mak jegagik. Kalau kemarin sudah merasakan nuntun di cino mati saat mau ke pinus Dlingo, saatnya merasakan menuruni tanjakan cino mati hehe.. Nah di tengah perjalanan pulang mampir dulu di pinus sekitar bukit mbecici yang sekarang juga lagi ngehits, spot baru untuk melihat keindahan alam dari dataran tinggi.
Seolah di eropa kalau kata bestson
Meskipun menuruni cino mati, tapi juga dituntun, hehe terlalu ekstrem. Takutnya diskbrake terlalu panas, ditengah tanjakan yang curam akhirnya dituntun juga, padahal juga turunan kok dituntun hehe
Setelah sampai Wonolelo, dilanjutkan mencari Soto karena perut sedari pagi yang belum di isi dan sudah tak bersahabat.  Akhirnya rehat nyoto di Pleret, utara kantor Pos Pleret, dari tempat ini kami melanjutkan perjalanan ke utara, untuk kembali ke tempat masing-masing.

11 January 2015

Menunggu Bergantinya Waktu di Bukit Mbucu Piyungan

Bukit Mbucu atau Bucu, kadang orang juga menyebutnya Mbucu Hill belakangan ini semakin terekspose ke dunia luar. Mbucu Hill ini adalah spot yang berupa bukit, disini kita bisa melihat keindahan alam dari atas bukit khususnya piyungan bagian selatan.
Sekitar setahun belakangan ini Mbucu banyak disinggahi oleh orang-orang yang butuh piknik dengan tempat yang masih alami. Pada pergantian tahun 2015, mbucu kian ramai didatangi penikmat kembang api. Dari sini kita bisa melihat pesta kembang api dari daerah lain.
Bukit Mbucu secara teritorial masuk daerah perbatasan Sitimulyo dan Srimulyo. Akses rute bisa melewati jalan Wonosari, perempatan sampaan (kids fun) keselatan sampai menemui jembatan cabang, nanti masuk Dusun Pagergunung.
Kurang lebih 16 tahun yang lalu pertama kali saya menginjakkan kaki untuk pertama kali di Mbucu ini melalui acara outbound TPA Almufidah Pagergunung, yang dikemas menarik, sehingga kenangan begitu melekat dibenak kami (di marahi sama mas-mas dan mbak-mbak sampai pada nangis waktu itu) hehe.
Terkadang kebiasaan "njunjung" sepeda juga dilakukan, dengan melewati jalan setapak akhirnya sampai dibukit ini. Njunjung sepeda itu terjadi sekitar bulan April 2014 (dokumentasi foto diambil juga tepat saat itu).
Njunjung pit itu biasa hehe
Sampai di pucuk
Pemandangan Piyungan sisi selatan, kawasan industri
Di Penghujung tahun 2014, kami bersama Pemuda-Pemudi Dusun Pagergunung 1 yang diwadahi dalam kridamudajaya merencanakan menikmati pergantian tahun baru di atas bukit Mbucu. Diawali dengan acara kumpul-kumpul lomba masak nasi goreng, kemudian hasil masak nasi goreng dibungkus dan dibawa naik ke bukit Mbucu.
Acara kumpul-kumpul Kridamudajaya
Salah satu produk nasi goreng kelompok 3
Kurang lebih 15 menit setelah pukul 10:30 saat selesai acara tersebut kami sampai di atas bukit. Pemandangan yang terlihat begitu mengejutkan, banyak yang datang di tempat ini, sampai-sampai untuk mencari rekan sekampung saja sulit. Hal ini berbeda dari beberapa tahun kemarin yang notabene masih sepi.
Suasana dari Mbucu di penghujung 2014
Sampai ada yang niat bawa kompor dan segala macemnya hehe
Kalau ini warung kopi dadakan
Rombongan yang menyalakan lampion terbang
Mbucu Hill atau Bukit Mbucu semoga masih terjaga kebersihan dan keindahannya ditahun-tahun yang akan datang. Dipenghujung tahun 2015 besok, mari singgah dibukit mbucu ini. Kami tunggu kedatanggnya di tahun depan.

4 January 2015

Sepercik Air di Curug Piyungan

Piyungan?apa mungkin di daerah ini ada curug/air terjun?dilihat dari daerahnya yang kontournya berupa pegunungan, kemungkinan saja dibeberapa tempat ada meskipun air terjun yang hanya musiman. Seperti contoh di daerah kaligathuk yang saat ditemui di perjalanan ketika sedang melakukan genjot wonolelo-piyungan.
Piyungan terdiri dari 3 desa yaitu Sitimulyo, Srimulyo dan Srimartani. Kalau yang saya temui di kaligatuk tadi masuk teritorial Srimulyo, lumayan jauh dari koordinat rumah saya, pantas kalau kurang paham. Nah kalau yang membuat saya penasaran adalah curug di Dusun Banyakan Desa Sitimulyo. Dusun tersebut hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer dari domisili tempat tinggal saya, yaitu di Dusun Pagergunung. Awalnya saya tahu dari sesama anggota Karang Taruna Sitimulyo yang kebetulan rumahnya juga di Dusun Banyakan. Berhubung dia bilang air terjun musiman, pikirku tak semenarik air terjun regular biasanya yang ada airnya setiap saat.
Curug bertingkat Toundo
Nah yang membuat saya terkejut adalah ketika akun instagram @maspeot yang domisilinya tak jauh dari Dusun Banyakan, mensen saya lewat sebuah fotonya, memberitahukan bahwa ada air terjun disekitar saya kok ndak diekplore mas.
Upload foto dari akun isntagram mas @maspeot
Berawal dari foto upload via instagram tersebut, rasa penasaranku mulai memuncak. Selasa 30 Desember, dipenghujung tahun 2014 bersama Ipan dan si bolang kecil Bima kami mencoba mencari tahu fenomena alam musiman tersebut. Praktis, hanya sekitar 10 menitan dengan motor kami sampai di bawah curug tersebut. "Kok nggak pakai sepeda mas?" nganu..berangkatnya saja sudah jam 5 sore, ngirit waktu hehe..
Sepercik air yang jatuh disaat musim penghujan
Abot juga nggendhong bocah iki
Bima si bolang dadakan, katanya air mancur
Curug tersebut diberi nama Curug Toundo, lebih tepatnya di daerah mah abang Banyakan. Piyungan beberapa tahun kedepan akan ramai dengan lalu lalang perekonomian akibat dibangunnya beberapa kawasan industri yang telah sampai pada proses pengerukan lahan. Mungkin banyak yang kontra dengan situasi ini, tapi apalah daya, suara rakyat kecil kini terpinggirkan. Hidup dipinggiran kota itu memberikan kenyamanan dan kentrentraman yang mungkin akan terkikis seiring menjulangnya pabrik-pabrik dikawasan industri piyungan.
Sebenernya Piyungan berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. Seperti halnya Bukit Mbucu yang berada di perbatasan Sitimulyo dan Srimulyo. Saat pergantian tahun baru kemarin, spot ini lumayan ramai, padahal beberapa tahun sebelumnya masih sepi. Penasaran dengan Mbucu?simak cerita selanjutnya di Menunggu Bergantinya Waktu di Bukit Mbucu.
Semoga curug Toundo dan Mbucu tetaplah bersih dan alami, memang dengan gaya anak muda sekarang yang gemar berpiknik membuat beberapa tempat wisata di ekplore besar-besaran. Hasilnya adalah kebersihan yang tak dijaga oleh pengunjungnya, ya memang setiap orang kesadaran itu masih kurang. Mulailah dari diri kita, tularkan ke rombongan kita.

Copyright © #ndesolicious | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com