Minggu, 9 Desember 2013 bersepeda ke candi ijo yang terletak
di daerah sambirejo, prambanan. Candi tersebut katanya candi tertinggi di
daerah Yogyakarta. Entah gosip atau kenyataan membuat saya ingin mencicipi
tanjakan tersebut. Yaa idep idep membuktikan dan bisa buat cerita ke
teman-teman.
Berawal
dari keinginan teman teman rumah pengen pada bersepeda di akhir musim liburan
sekolah, iseng iseng mengajukan planning gowes bareng ternyata pada setuju.
Plan awal adalah ke curug pulosari, dan ke candi ijo. Kedua tempat tersebut
langsung mentah, karena jaraknya lumayan jauh bagi yang punya hobi gowes
dadakan. Pertama mengunjungi candi tersebut pada masa SMP, entah saking
polosnya atau jiwa petualang yang besar, dari daerah dinginan, sumberharjo,
prambanan kami jalan kaki sampai ke candi ijo tersebut. Sekelas lho, po ra edan
hhaha
Masih
pada unyu unyu :D
Yap
bermula dari penasaran dengan tanjakan bila dirasakan dengan menaiki sepeda
berujung pada hari minggu pagi, saya bersama opang dan mas poniran (bapake
rendi) pun meyatakan siap menjajal rute tersebut. Jam menunjukkan pukul 6.45
kami mulai mengayuh sepeda. Memulai perjalanan dari desa kami, pagergunung,
sitimulyo yang berada di selatan kidsfun. Sepeda kami kayuh melalui jalan
wonosari ke timur, sampai di daerah kabregan ( Bank BPD ) kami ambil kiri
melalui rute mandungan yang jalur alternative menuju jalan piyungan prambanan. Sampai
di perempatan munggur kami arahkan sepeda kami kearah utara sampai menemui
RSUD Prambanan.
Setelah
menemui RSUD prambanan, ambil gang sebelah utara RSUD tersebut, kemudian kami
arahkan sepeda ke arah timur. Lupa lupa ingat denga rute yang pernah saya lalui, alhasil hanya mengayuh kearah timur sampai menemui bapak bapak
yang sedang lep sawah (lep = mengairi sawah).
ngeeeng, rodo alus dalane
Kami
menemui bapak-bapak yang sedang lep sawah tersebut persis di perempatan,
alhasil kami disarankan ke arah utara terus sampai menemui jalan besar ( jalan
tembusan sorogedug). Di persimpangan jalan sorogedug kami bingung. Dari pada keblasuk,
akhirnya tanya lagi, dan kami dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit, kata
bapaknya “ameh dalan sing apik ning nanjak po dalan elek tapi yo nanjak?” duuh
pak podo podo le nanjak? “sing penak mawon pak”, “yow is, kui ngetan wae, mengko
eneng bengkel neng sor talok njur belok kiri”. Ngeeeeng.. dan telah melewati
bengkel beserta taloknya, kami dihadapkan pada dua persimpangan, tanya lagi ke
bapak bapak yang lep sawah, kebetulan hari minggu merupakan hari yang selo buat
bapak bapak lep sawah. “kui mas nurut dalan iki wae, tapi yo nanjake koyo
ngono, dijajal wae”. Jebreeet.. perkataan bapake we koyo ngono.. penasaran..dan
tak jauh dari kami bertanya, sudah dihadapkan pada tanjakan lumayan encess
tanjakane koyo ngene, kuat mancal sih kuat tapi paling mung pegel kempolmu nek
tanjakane koyo ngene :D
Saya
kira itu hanya tanjakan satu satunya yang dibicarakan warga, namun sepanjang
perjalanan hanya tanjakan yang kami temui meen… kebetulan rute yang kami ambil
melewati dusun watu walik > watu cilik > mlakan > langkap desa
sambirejo, prambanan. Maklum rute yang kami ambil adalah rute yang beda saat
saya pertama naik dengan anak anak SMP. Kalau rute ini malah tembusannya, jalan
diatas candi ijo, sedangkan rute bersama teman SMP adalah menuju candi (dibawah
candi). Di perajalan yang ditemui hanyalah tanjakan, sampai mas poniran (bapake
rendi) sampai meh mutung pengen pulang wae, lumyanlah seperti beliau yang punya sepeda baru tapi
test drive lumayan dhuwur :D
Sesekali
bertemu warga pasti kami tanyakan “taksih tebih mboten candi ijo niku?” “walah
mas cerak kok, munggah terus nganti ketemu gapura,njur belok kiri”. Jangan percaya
pada kata kata “cerak”, cerak bagi warga sekitar itu jauh bagi kita lhoo,
sumpah :/ .
Derita
yang kami rasakan adalah dikit dikit menuntun sepeda kurang lebih tanjakan
sepanjang 3-4 KM menuju puncak, tak lepas dari perjuangan tersebut bakalan
disuguhi candi didepan mata yang berada dipucuk gunung, dannnnnn…..
mas poniran (bapake rendi) ambegan sik mass
dalane ra umum nanjake (ketok le ra nanjak)
gelem ra gelem kudu dituntun lek :D
Sekitar
2 jam 15 menit dari kami start (6.45) kami telah sampai di tempat yang orang
bilang candi ijo tersebut. Foto foto yaaa haruss, tapi baru opang yang foto,
saya mau foto tak sempat karena dimarahi bapak penjaganya yuang sudah naik
pitam :D. Yo pantes marah, lha wong sudah dipalangi tapi tetep wae tak trobos
demi bisa foto sepeda dengan background candi :D
Mungkin
hanya 5-10 menit kami berada di area candi tersebut. Hal yang ditunggu-tunggu
adalah menuruni tanjakan tersebut. Yeaahhh meluncurr meen, tapi…Cuma 10 menitan,
kira kira kalo pake speedometer bisa melaju sampai 60 KM/jam :D. inilah
kebebasan tanpa beban, bisa berseluncur menuruni tanjakan dengan sepeda tanpa
mengayuhnya :D
Lha kui ng fotone Opang, mburine wis ono pak Satpam sing ndelik2 seko walik watu candi. Cen Candi Ijo kie satpam e do ganas2, marai mangkel.
ReplyDeleteNek tanjakan Candi Ijo kuwi itungane isih masuk akal, mergane isih iso dinalar nggo dengkul mung yo alon2 tur okeh leren e.
kui sakjane wis bar diseneni mas, kui foto terakhir sakdurunge dioyak hhaha. pertamane ra ketahuan masalahe lewat dalan sing ndhuwur candi, tapi gara gara opang mudhun candi malku satpame dadi penasaran kui bocah mlebu lewat ngendi, makane kui njur dioyak oyak haha
ReplyDeleteiseh masuk akal sih iso, tapi le nuntun kui sing ra masuk akal, gear 9 we mung marai kemeng neng dengkul :D
Dadi mikir ki marga sepedaku mung gear 7
ReplyDeletera masalah sih mas gear 7, asal wes kulino rekoso munggah tanjakan :D
DeleteCandi ijo yg masih benar2 ijo, skrang hmm coklat
ReplyDeleteberkunjunglah jika musim hujan mas hehe
DeleteNek kaleh tanaljakan klangon termasuk berat pundi nggih.. soale dereng tekan candi ijo namung medal ngalor trus kaliurang , bunker, klangon..
ReplyDelete