Mungkin ini salah satu perjalan dengan manajemen buruk dari penentuan tempat yang akan dikunjungi dan pengelolaan waktu. Ya karena memang belum matang juga persiapannya, sebenernya pengen ke Nias melihat lompat batu kayak di uang seribuan, tetapi karena badai, semua perjalanan laut menuju ke pulau nias menjadi tak tentu.
|
Landscape danau Lut Air Tawar Takengon |
Ketika telah berada di Takengon, pagi harinya kami menuju ke danau Lut Tawar, sampai setengah hari disana, baru mau pindah lokasi ke spot lainnya,.. lah dalah turun hujan, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi perjalanan di Takengon dan kembali ke penginapan.
|
Bersepuluh menuju Takengon |
|
Lengkap, selamat datang di danau Lut Air Tawar Takengon |
Dihari berikutnya, kami melanjutkan ke pasar untuk mencari kopi, dan siangnya kami harus meninggalkan Takengon untuk kembali pulang karena sekolah telah menanti hehe.
|
Salah satu gerosir warung kopi di pasar Takengon |
|
Motor sebagus inipun dijadikan becak motor |
|
Menemukan toko cat yang juga menjual kaset pita, aneh ya hehe |
|
Koleksi kaset pita yang masih bersegel baru dengan harga yang masih sama dengan labelnya |
Oiya pada waktu sampai takengon sehari sebelum masuk bulan puasa, maka malamnya kami melaksanakan tarawih di Masjid Raya Takengon.
|
Ngisi buku agenda ramadhan, Bapak-bapak itu Bupati Takengon lho |
Dibarengi hujan, siang harinya kami bergegas menuju pidie jaya, kebetulan ada teman sesama SM3T yang bertugas di Pidie Jaya. Ketika dalam perjanalan pun sempat terjadi problem pada motor yang saya naiki. Karena kunci motor dengan rumah kuncinya sudah longgar, ketika melewati jalanan rusak kuncinya jatuh. Dan itu baru sadar setelah kurang lebih jaraknya 10 kilo. Tak mungkin untuk putar balik hanya demi mencari kunci motor yang jatuh. Mencari solusi, membobol kabel di rumah kunci dan membobol rumah kunci di jok untuk mengisi bensin, lagi-lagi apes hehe.. Sesampainya di Pidie Jaya saat itu sudah memasuki adzan maghrib, pas buka puasa. Akhirnya kami bermalam di Pidie Jaya dan keesokan harinya melanjutkan perjalanan menuju ke Meulaboh.
|
Di kick starter pun nggak nyala, lah bensin habis (Sumber: Foto FB Ninda) |
Keapesan berikutnya adalah ketika dalam perjalanan dari Pidie Jaya menuju Meulaboh. Perjalanan yang panjang dan tidak mengetahui rute, saat sampai di jalan tengah hutan, satu persatu motor kehabisan bensin, solusi awalnya kami menyedot dan memindahkan bensin ke motor lainnya. Pikir kami ditengah hutan tidak akan lama, tetapi nyatanya kami menghabiskan waktu kurang lebih 4-5 jam berkutat melewati hutan untuk sampai ke Meulaboh.
|
Motor matic yang mengharuskan menyedot langsung dari tank (Sumber: Foto FB Ninda) |
Saat tragedi kehabisan bensin itu sekitar jam 4.30 sore, akhirnya kami mengambil keputusan 4 motor disedot habis bensinnya untuk dimasukan ke 1 motor yang akan turun untuk mencari bensin. Saat itu Eko dan Alfian lah yang turun untuk mencari bekal bensin. Sisanya kami memilih duduk di pinggiran jalan sembari membuat tulisan "tolong kami kehabisan minyak", tetapi apes juga tidak ada yang membantu, hanya beberapa mobil yang lewat kala itu. Bisa dibayangkan jika kami tidak mendapatkan minyak, kami akan bermalam di hutan yang tidak tau gimana keadaannya karena baru jam 4.30 saja suasana sudah mencekam dengan suara-suara aneh.
|
Sembari menunggu datang bensin, bermain kartu adalah bukan salah satu solusi |
Keapesan telah terlewati, kami sampai di Meulaboh sekitar jam 7 malam, kami rehat untuk buka puasa dan sholat terlebih dahulu sembari memutuskan untuk apakah terus atau harus cari penginapan lagi. Kami yang cowok-cowok sebenernya berani pulang langsung tanpa bermalam di penginapan Meulaboh, tetapi dari pihak cewek memilih menginap. Maklum jarak Meulaboh ke Aceh Selatan masih sekitar 3-4 jam. Setelah keputusan itu, kami seolah sedang dalam perang dingin kubu cewek dan cowok. Setelah malam itu mendapatkan penginapan kami segera beristirahat dan kembali pulang di pagi harinya.
Ya begitulah
touring yang bisa dikatakan gagal karena manajeman yang kurang pas dan dadakan, beda ketika saya
touring berdua ke
Banda Aceh dan
Sabang kala itu.
Terimakasih yang sudah sempat berkunjung dan telah membaca hehe..