Sebagian orang yang melihat foto dibawah ini sekilas mengira bahwa lokasi tempat ini adalah di lava bantal Berbah. Namun itu bukanlah pinggiran kali / sungai seperti di lava bantal Berbah. Maklum saja karena yang terkenal terlebih dahulu adalah lava bantal Berbah, sehingga lokasi ini dikaitkan dengan tempat tersebut.
Pinggir sungai opak dari atas jembatan
Foto ini diambil dari pinggiran kali/sungai Opak. Kurang lebih dua kilometer (2 Km) sebelah selatan dari perempatan Sampaan (Taman Rekreasi Kids Fun). Cukup Mudah untuk dapat ke tempat ini, dari perempatan Sampaan tadi keselatan sampai menemui jembatan Cabang. Jembatan Cabang ini dikenal dengan istilah Jembatan Mbentoro. Secara administratif sungai ini sebagai batas wilayah Dusun Pagergunung 1 dengan Dusun Karanggayam, yang sama-sama terletak di kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Secara koordinat jembatan ini berada di 7°50'48.4"S 110°26'25.0"E. Saat sampai di jembatan cabang, ambil jembatan yang kecil / jembatan yang kiri, kemudian masuk gapura Dusun Pagergunung 1. Nah ketika sudah masuk Gapura tadi, dikiri jalan ada Pos Ronda yang sudah tak terpakai, jalan saja turun di pinggir pos ronda tadi.
Jembatan cabang dari arah selatan
Masuk gapura Dusun Pagergunung 1, Pos Ronda yang dimaksud disisi kiri jalan
Pinggiran kali opak ini juga sering didatangi rombongan mahasiswa untuk observasi. Sungai ini konon merupakan sungai yang berada di jalur retakan gempa atau yang lebih dikenal dengan sesar opak. Kita tahu bahwa gempa 27 Mei 2006 dengan kekuatan 5,9 SR yang berpusat di barat daya Kabupaten Bantul silam, daerah yang parah adalah di sekitar sesar kali opak. Dusun Pagergunung juga tidak lepas dari musibah ini, hampir setengah dari keseluruhan rumah warga rusak dan rata dengan tanah. Menurut SoBOnDeso dalam artikelnya, retakan gempa atau sesar Opak membentang dari daerah Prambanan sampai daerah Kretek, sehingga Dusun Pagergunung yang terletak di bantaran kali opak pun mengalami kerusakan yang cukup parah.
sisi lain dari pinggiran kali Opak
Pasca musibah gempa 27 Mei 2006 silam, kurang lebih selama satu sampai dua bulan sungai ini banyak digunakan warga untuk keperluan mandi maupun untuk mencuci pakaian. Saya pun juga mengalaminya, karena rumah saya juga tak luput mengalami kerusakan. Kok banyak tau dan ngomongin tentang Dusun Pagergunung?hehe yaa..karena tempat ini merupakan tempat dimana saya dilahirkan dan dibesarkan.
Sisi di bawah jembatan Mbentoro, yang biasa digunakan untuk memancing
Zoom out landscape di bawah sisi jembatan Mbentoro
Sebenarnya ada hal lain yang bisa ditemui di Dusun Pagergunung, bisa melihat keindahan alam sisi Piyungan dari Bukit Mbucu atau Mbucu Hill. Meskipun bukit Mbucu yang terkenal dulu diarahkan melalui akses Dusun Banyakan maupun Dusun Ngelo. Tapi ada hal yang menarik kalau mau hiking melewati bebatuan terjal. Selain itu juga ada sentra tradisional Emping Melinjo yang banyak ditemui dibeberapa RT, meskipun tidak semua masyarakat sibuk dengan kegiatan sentra Emping Melinjo, paling tidak ada beberapa ibu-ibu yang sudah memasuki masa lansia mengisi kegiatan sehari-harinya dengan kegiatan "mengemping".
Bagaimana?tertarik untuk sekedar "kekeceh" air dan berfoto disini?kami tunggu kedatangannya hehe
Satu lagi, satu tempat disudut kota jogja ini yang cukup menarik untuk menyaksikan sunrise. Tempat tersebut terletak di daerah Patuk. Mangol Kencana, ya begitulah nama di plang-plang penunjuk obyek wisata yang notabene baru.
Dari Mangol Kencana, gunung Merapi begitu terlihat jelas
Secara geografis gardu pandang Bukit Mangol Kencana ini berada di Dusun Sumbertetes, Kelurahan Patuk, Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Koordinat lokasi ini berada di 7°50'16.5"S 110°29'20.6"E . Jikalau melongok kebawah dari bibir pagar, wilayah yang terlihat jelas adalah kawasan Piyungan sebelah utara. Akses yang mudah dijangkau, mungkin menjadikan spot baru ini akan cepat tenar dan banyak dikunjungi. Karena akses menuju ke tempat tersebut juga sejalan jikalau ingin pergi ke Gunung Apri Purba Nglanggeran ataupun ke embung Nglanggeran. Kurang lebih 2 Kilometer dari perempatan Patuk, petunjuk ke gardu pandang Mangol Kencana sudah terlihat di pinggir jalan.
Plang petunjuk Mangol Kencana di jalur Patuk - Nglanggeran
Sabtu, 13 Juni 2015pukul 5 pagi kurang 5 menit rencana mengayuh sepeda dari rumah ke Gardu Pandang tersebut. Kurang lebih 40 menit sembari menunggu teman lama SMP pun akhirnya sampai di puncak. Sedikit telat untuk melihat moment matahari muncul yang sudah meninggi dari balik jajaran bukit Ngoro-Ngoro. Perbukitan Ngoro-Ngoro bukanlah sesuatu yang asing bagi yang sudah menjelajah Gunung Api Purba Nglanggeran. Bersama Ilyas, Si Kembar Indra dan Andri yang semuanya merupakan teman satu sekolah SMP 7 tahun silam. Informasi tempat ini didapat dari si Indra dan Andri yang notabene domisili mereka letaknya dibawah puncak Mangol Kencana tadi.
Lepas bisa memandang sunrise dengan disuguhi merapi
Disuguhi perputaran kabut dan Gunung merapi, kalau pas cerah juga Gunung Merbabu terlihat jelas
Gardu pandang Mangol Kencana tersebut masih tergolong baru, beberapa fasilitas gazebo pun sedikit demi sedikit dibangun guna melengkapi kenyamanan di sekitar gardu pandang bukit Mangol Kencana.
Gazebo yang menambah kenyamanan menikmati pemandangan
Masih di bangun beberapa gazebo, berjejer di tepi tebing
Semacam gubug yang nantinya dijadikan pusat informasi Mangol Kencana
Ada hal yang menarik ketika kami baru sampai di lokasi. Terlihat dua keluarga sudah sampai tempat itu mendahului kami. Sambil menunggu fajar meninggi, kedua orang tua tersebut menunjukkan letak rumah kerabat dan batas wilayah tempat tinggal mereka kepada sang buah hati. Mengedukasikan tentang asal usul darimana mereka berada dengan bahasa jawa yang sesuai unggah-ungguhnya, bukan bahasa jawa yang terkadang di bikin bahasa Indonesia.
dibalik sunrise, si ibuk yang menjelaskan kepada sang buah hati tentang daerah sekitar rumahnya
Karena di hari sabtu tersebut telat untuk mendapatkan moment matahari meninggi dari balik bukit, akhirnya di hari Senin 15 Juni 2015 merencanakan lagi menyambangi lokasi tersebut. Masih menemui beberapa keluarga beserta anaknya. Sembari "ngemong" anaknya juga sambil melihat "srengenge njedul".